Senin, 16 Januari 2012

materi brahma widya

PENGANTAR AGAMA HINDU
BRAHMA WIDYA
 






Disusun oleh
Drs. I Nyoman Sumertika, Irds., S.Ag.( Sidha Dewata)
 









Yayasan Pendidikan dan Sosial Santika Dharma
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
STAH SANTIKA DHARMA MALANG
Jl. Danau Beratan Timur IV No. D-27 Malang 65138 Telp. 714 724 dan 804 144
Kampus: Jl. Raya Sawojajar VB No. 28 Malang 65139
Kotak Pos 77/KBA Malang 65161 E-mail: stah_santikadharma@yahoo.co.id
2001

Yayasan Pendidikan dan Sosial Santika Dharma
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
STAH SANTIKA DHARMA MALANG
Jl. Danau Beratan Timur IV No. D-27 Malang 65138 Telp. 714 724 dan 804 144
Kampus: Jl. Raya Sawojajar VB No. 28 Malang 65139
Kotak Pos 77/KBA Malang 65161 E-mail: stah_santikadharma@yahoo.co.id
 

PENGANTAR AGAMA HINDU
[BRAHMA WIDYA]
Dosen Pengampu: Drs. I Nyoman Sumertika, Irds., S.Ag.
A.    Pengertian Brahma Widya.
Kedudukan Brahma Widya [ilmu pengetahuan tentang kesejatian Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Waça] dalam agama Hindu adalah sangat mendasar dan urgen. Dalam pustaka Brahma Sutra I.1.1 diuraikan bahwa jalan untuk mencapai moksah/nirwana adalah dengan mengenal Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Waça secara tepat dan baik. Apabila ditinjau secara etimologi, Brahma Widya berarti ilmu yang mempelajari tentang kesejatian Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Waça dalam segala aspek-Nya.
Guna memahami “keberadaan” beliau serta segala sesuatu tentang-Nya, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah dengan mendalami pustaka-pustaka suci. Pernyataan “Sāstrayonitwat” (Brahma Sutra I.1.3) menegaskan bahwa “Pustaka Suci Weda dan Sastera Agama”-lah yang merupakan sumber utama untuk dapat memahami-Nya. Pernyataan itulah yang menjadi pegangan teguh dan diyakini tanpa reserve oleh setiap pribadi Hindu, karena kenyataannya memang tidak dapat dibantah.
B.     Penghayatan Terhadap Brahman/Sang Hyang Widhi Waça.
Berbagai model yang dapat dilihat dalam kehidupan beragama untuk menghayati dan menunjukan rasa bhakti dari setiap kelompok keyakinan kepada yang diyakini sebagai kausa prima. Berikut ini adalah beberapa model termaksud:
1.      Animisme.
Model keyakinan dalam Animisme adalah bahwa setiap yang ada di alam raya ini adalah mempunyai jiwa/roh. Roh adalah wujud non fisik yang senantiasa hidup sepanjang alam raya ini ada. Demikian juga bahwa setiap satu kesatuan wilayah ada roh yang bertanggung jawab, melindungi, menata dan mengatur wilayah tersebut.
Karena roh sifatnya permanen, maka setiap orang wajib dan sangat menghormati roh leluhurnya serta roh para tokoh yang ada di lingkungannya. Mereka (para roh leluhur) diyakini senantiasa akan menuntun, membimbing dan mengarahkan para keturunannya (sang prati-sentana) sehingga menemukan kebahagiaan hidup.
-1-

-2-
2.      Dynamisme.
Merupakan suatu keyakinan akan adanya roh-roh suci, benda-benda dan tempat-tempat sakral. Bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah berjiwa (memiliki kekuatan). Di atas segala jiwa, ada “jiwa tertinggi/jiwa utama”. Dari keyakinan akan adanya roh-roh suci dan benda-benda serta tempat-tempat sakral ini, memunculkan adanya aktivitas perawatan terhadap benda-benda tersebut dan perawatan terhadap tempat-tempat khusus di masing-masing wilayah.
3.      Polytheisme.
Suatu keyakinan yang mengakui adanya banyak tuhan, dimana masing-masing tuhan mempunyai sifat sendiri-sendiri. Penganut Polytheisme dalam memuja tuhan sering dan pasti melakujan perpindahan dari satu tuhan ke tuhan yang lain apabila ybs. beralih profesi. Oleh Max Muller (pemimpin kaum missionaris Jerman), karena kebingungannya dalam memahami konsep-konsep pemikiran pada pustaka suci Reg Weda, model demikian disebut Kathenoisme.
Ciri-ciri umum dari model penghayatan secara Polytheisme ada beberapa macam, seperti:
a.      Dalam melakukan pemujaan, digunakan nyanyian dari berbagai bentuk ucapan pemujaan yang tersusun dalam model puisi/syair-syair. Juga digunakan musik, gamelan dan tari-tarian, sehingga pemujaan menjadi menyentuh seluruh perasaan, dan menekankan kepada rasa keindahan.
b.      Aktifitas pemujaan kepada tuhan tidak bersifat formalitas dan uniformitas, melainkan menekankan kepada kepuasan bathin masing-masing pemuja.
c.      Masyarakat penganut pada masing-masing tempat melakukan pemujaan dengan caranya sendiri-sendiri serta menggunakan sarana-sarana yang berbeda sesuai dengan yang tersedia di daerah masing-masing. Namun, secara keseluruhan memiliki prinsip dasar yang sama yakni memohon dan mencapai kesucian serta ketentraman hidup.
d.      Model penghayatan Polytheisme menjamin adanya penghayatan dengan penuh kreatif, penuh daya imaginasi, daya seni, sastera, serta senantiasa terbuka dalam menerima berbagai perubahan dan kemajuan zaman, namun identitas inti yang terdapat pada dirinya tetap dipertahankan.
e.      Simbol-simbol keagamaan diberikan berkembang secara luas dan optimal sehingga kehidupan beragama menjadi demikian semarak. Imaginasi para penganut juga diberi kesempatan luas untuk maju dan berkembang, tetapi tetap terarah dan mantap.

-3-
4.      Monotheisme.
Model ini menekankan akan adanya keyakinan terhadap satu tuhan. Keyakinan model ini dapat dibedakan menjadi dua macam yang antara satu dengan yang lain sangat bertolak belakang, yakni:
a.      Monotheisme Absolut.
Model ini bercirikan:
-         Tuhan berwujud tunggal dan bersifat personal/individu serta memiliki jenis kelamin laki-laki.
-         Dalam pemujaan selalu dituakan, harus dipuja dengan sebutan bapak, tidak boleh dipuja sebagai: kakak, teman, adik, ibu, dan sejenisnya.
-         Memiliki tempat sendiri, yaitu sorga. Ia dapat pergi kemana-mana tetapi tempat tinggal yang tetap adalah sorga.
-         Merupakan raja yang berkuasa penuh atas sorga dan dunia; juga penguasa atas segala takdir.
-         Raja ini harus selalu disembah dan dipuja. Manusia harus sering dan taat menyembah dan menghormatinya sehingga sang raja menjadi puas, dan manusia harus senantiasa takut kepadanya.
-         Manusia harus hanya menyembahnya, tidak boleh menyembah yang lain. Apabila menyembah yang lain, berarti penghianatan terhadap kerajaan-Nya. Bila hal ini terjadi, maka tuhan akan menghukum dan menjebloskannya ke neraka.
-         Tuhan mempunyai musuh/saingan abadi yakni Setan/Kuasa Kegelapan. Karena itu akan selalu terjadi persaingan antara kedua kekuatan tersebut dalam memperebutkan manusia. Apabila manusia mau dikuasai oleh setan, maka tuhan akan murka dan pada akhirnya manusia akan dijebloskan ke neraka abadi.
-         Kehendak tuhan di sorga, agar diketahui oleh manusia, maka dikirim para rasul. Manusia harus menuruti kehendak tersebut, apabila menentang atau menyimpang, maka akan dijebloskan ke neraka.
b.      Monotheisme Non Absolut.
Model ini menunjukkan ciri-ciri:
-         Tuhan adalah tunggal, tetapi boleh dipuja dalam banyak nama serta boleh diposisikan sebagai ayah, ibu, guru, pemimpin, teman, kekasih, kakak, dan sejenisnya.

-4-
-         Tuhan yang tunggal memiliki berbagai manifestasi atau perwujudan. Fungsi perwujudan adalah agar para penyembahnya dapat menghayati keberadaan beliau.
-         Tuhan tidak menentukan segalanya, beliau hanya menguasai beberapa takdir saja, seperti: umur planet, gerakan alam, pertumbuhan mahluk, dsb.
-         Tuhan tidak mempunyai musuh abadi, juga tidak murka apabila manusia melakukan penyimpangan. Tuhan hanya memantulkan apa adanya seperti apa yang dilakukan mahluk ciptaannya (ibarat cermin).
-         Manusia menjadi baik atau jahat, cerdas atau bodoh, kaya atau miskin, dan sejenisnya tergantung dari dirinya sendiri. Bukan karena rayuan setan, cobaan dari tuhan, bukan pula karena takdir tuhan.
-         Manusia masuk sorga atau jatuh ke dalam neraka juga karena dirinya sendiri, bukan karena hukuman dari tuhan.
-         Tuhan mengayomi seluruh ciptaannya dengan penuh kasih sayang. Beliau bersifat netral ibarat cermin datar memantulkan setiap bayangan yang ada di depannya.
5.      Pantheisme.
Konsepsi ketuhanan pada model ini menyatakan bahwa jiwa yang terdapat pada setiap mahluk pada akhirnya akan kembali kepada tuhan (manunggaling kawula lan Gusti). Selain itu, tuhan juga mau mengambil perwujudan dalam berbagai bentuk duniawi, bukan saja sebagai manusia, tetapi juga sebagai manusia setengah binatang, sebagai binatang, bahkan sebagai tumbuh-tumbuhan.
Ada tiga macam perwujudan umum yang dipakai oleh tuhan, seperti:
a.      Anthrophomorphes; tuhan mengambil wujud sebagai manusia super, yakni manusia dengan berbagai kelebihan/keistimewaan, seperti: sangat sakti, dapat memurti, melakukan hal-hal diluar kemampuan manusia biasa, dsb.
b.      Semi Anthrophomorphes; tuhan mengambil wujud setengah atau sebagian manusia sebagian binatang, seperti: Narasimha, Ganeça, dsb.
c.      Unanthrophomorphes; tuhan mengambil wujud penuh sebagai binatang atau sebagai tumbuh-tumbuhan, seperti: Kurma Awatara, Matsya Awatara, Soma, dsb.
6.      Henotheisme.
Model ini menyatakan bahwa dewa yang banyak itu adalah tunggal adanya, dan yang tunggal itu adalah banyak adanya.

-5-
Ciri-ciri dari konsep model ini adalah:
a.            Tuhan ada pada posisi: paling tinggi, paling mulia, paling utama dan seluruh alam beserta isinya menyatu dengannya.
b.            Tuhan merupakan perwujudan keindahan dan kemegahan seluruh alam, termasuk kebajikan dan kemuliaan yang terdapat dalam diri manusia.
c.            Pemujaan dilakukan dalam bentuk yang maha utama dalam usaha menggambarkan kemaha-kuasaan tuhan, walaupun nama-nama tuhan yang digunakan berbeda-beda.
d.            Keberadaan tuhan adalah dalam posisi netral dan memenuhi seluruh alam yang ada.
e.            Dewa yang banyak itu adalah satu, sehingga tidak ada kontradiksi dalam penampilan satu dewa terhadap dewa yang lain. Yang ada hanyalah perbedaan tugas masing-masing.
f.             Dalam kehidupan beragama senantiasa disertai nilai-nilai keindahan dan kesemarakan.
7.      Monisme.
Konsep ini menjelaskan bahwa tuhan adalah tunggal, tetapi melingkupi seluruh alam ini. Tuhan juga adalah inti dan kesejatian dari segala yang ada. Segala yang ada muncul dari tuhan.
“Sarwam khalu idam Brahman” (Bŗhad Aranyaka Upanisad), artinya bahwa segalanya ada dalam tuhan dan tuhan ada dalam segalanya. Tuhan ada pada setiap mahluk, apapun jenis mahluk itu. Sebaliknya, seluruh mahluk, apapun jenisnya, ada/hidup dalam tuhan.
8.      Atheisme.
Konsep ini merupakan kelanjutan dari Monisme. Ia menyatakan tuhan ada dalam diri sendiri. “Diri” inilah tuhan, tetapi “diri” di sini tidak menunjuk badan wadag, melainkan atman yang sudah mencapai kesadaran optimal (setara dengan Brahman). Saat inilah berlaku “Aham Brahman Asmi” (aku adalah Brahman), “Brahman Atman aikyam”.(Brahman dan Atman adalah tunggal), atau “Ayam Atman Brahman” (Atman ini adalah Brahman).
Atheisme dalam hal ini tidak sama dengan atheisme komunis dari Karl Mark (tidak percaya akan adanya tuhan). Di sini atheisme artinya tidak bertuhan/perlu lagi mencari tuhan, karena ybs. telah sampai kepada tuhan.

-6-
Dari semua model/paham/isme yang telah disebutkan dapat digambarkan bahwa posisi ajaran Hindu seperti berikut:
                              H i n d u
                                             Animisme      Dynamisme
                                                                                            
                                                                                          Monotheisme
                              Pantheisme
                                                      Monisme
                                                                           Henotheisme
                                 Polytheisme
                                                         Atheisme


C.    Pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Waça.
Pemujaan dilakukan terhadap Brahman/Ida Sang Hyang Widhi dilakukan dalam dua model, yakni:
1.      Trancendental Ü Nirguna Brahman (Impersonal God).
Sang Hyang Widhi Waça dipuja/dihayati dalam posisi “acintyarūpa” artinya diluar daya jangkau/kemampuan pikir manusia. Sang Hyang Widhi Waça: serba maha, serba bukan, serba seluruh, dsb. Serba di luar daya jangkau pikir manusia maupun mahluk lain, yang dalam teks Kawi dinyatakan “tan kagrahita dening manah mwang indriya”. [Reg Weda X.90.1].
2.      Immanen Ü Saguna Brahman (Personal God).
Sang Hyang Widhi Waça dipuja/dihayati dalam posisi berwujud sehingga dapat dijangkau oleh rasa atau daya pikir manusia. Dalam posisi ini beliau dipuja dengan menggunakan berbagai gelar/nama “nāmarūpa”. Beliau dipuja dalam seribu gelar/nama “sahasranāma” [Reg Weda I.164.46]. Pemujaan model ini disebut “Saguna Upāsana”.
Beberapa gelar diantaranya:
a.      Sang Hyang Acintya               = Ia yang tak terpikirkan.
b.      Sang Hyang Jagatnatha          = Ia yang menjadi raja segala raja.
c.      Sang Hyang Jagatkarana        = Ia yang menyebabkan adanya alam raya.
d.      Sang Hyang Paramakawi        = Ia yang maha penyusun/pengarang.

-7-
e.      Sang Hyang Parama Wisesa  = Ia yang penguasa utama.
f.       Sang Hyang Pramesti Guru    = Ia yang guru segala guru.
g.      Sang Hyang Taya                    = Ia yang tanpa panca indriya.
h.      Sang Hyang Tri Purusha         = Ia yang memiliki tiga kesucian tertinggi.
i.        Sang Hyang Tri Murti             = Ia yang memiliki tiga wujud utama.
j.        Sang Hyang Tri Lokasarana  = Ia yang menjadikan adanya Tri Loka.
k.      Sang Hyang Prajapati             = Ia yang menjadi raja semua mahluk.
l.        Sang Hyang Tuduh                  = Ia yang maha mengatur.
m.    Sang Hyang Tunggal               = Ia yang satu-satunya.
n.      Sang Hyang Wenang               = Ia yang maha menentukan.
o.      Sang Hyang Widhi Waça       = Ia yang maha kuasa.
D.    Prabhawa dan Mahluk Ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Waça.
1.      Prabhawa Sang Hyang Widhi Waça.
Dalam Reg Weda III.55.1 dan dalam Weda Parikrama, maupun dalam pustaka-pustaka lain khususnya yang menganut model Śaiva Siddhānta, prabhawa Ida Sang Hyang Widhi ada 7 macam. Perinciannya seperti berikut:
Sapta Loka                Sapta Prabhawa                            Sapta Atman
7. Satya Loka      Ü  Sang Hyang Parama Siwa    Ü     Sunya Atman
6. Tapa Loka       Ü  Sang Hyang Sadha Siwa      Ü     Niskala Atman
5. Jana Loka        Ü  Sang Hyang Siwa                  Ü     Adhi Atman
4. Maha Loka      Ü  Sang Hyang Mahadewa       Ü     Nir Atman
3. Swah Loka      Ü  Sang Hyang Iswara               Ü     Para Atman
2. Bhuwah Loka Ü  Sang Hyang Wisnu               Ü     Antar Atman
1. Bhūr Loka       Ü  Sang Hyang Brahma            Ü     Jiwa Atman
2.      Mahluk-Mahluk Ciptaan Sang Hyang Widhi Waça.
Mahluk-mahluk ciptaan Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Waça ada tiga macam, yakni:
            I.       D e w a.
            II.      M a n u s i a.
            III.    B h u t a  k a l a:
a.      Bhutakala Sekala (Hewan dan Tumbuh-tumbuhan).
b.      Bhutakala Niskala (Raksasa, Paisaca, Asura, Krikara, Yatudhana, Naga, dsb.).
            IV.    Mahluk Peralihan:
a.      Gandharwa.
b.      Apsara [Widyādharā/ Widyādharī].
c.      Kinnara/Kinnari.

-8-
I. D e w a.
A. Pembahasan Umum.
Dewa ada 2 macam, yakni: Dewa Prabhawa (dewa yang merupakan perwujudan atau manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Waça) [Reg Weda III.55.1; Nirukta VII.4; Yajur Weda XL.17; Weda Parikrama]. Yang kedua, adalah Dewa Ciptaan (dewa yang sengaja diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi Waça guna melaksanakan tugas-tugas tertentu) [Reg Weda X.90.3; Reg Weda X.129.6; Ath. Weda X.7.27; M.Dh. I.22].
Dewa ciptaan bukan perwujudan/manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Waça, melainkan mahluk ciptaan sebagaimana halnya mahluk lain. Tubuhnya disusun oleh bahan-bahan yang sama dengan mahluk ciptaan lainnya, yakni Panca Maha Bhuta: perthiwi/tanah, apah/air, teja/api/sinar, bayu/angin, dan akasa/ruang kosong berkekuatan.
Tubuh Dewa dominant tersusun oleh unsur “div” (teja/sinar), karena itu dewa dikenal juga dengan sebutan “mahluk sinar atau mahluk bersinar”.
Sebagai mahluk ciptaan, dewa memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dewa:
1)           Nirjara (tidak mengalami umur tua).
2)           Sakti (mempunyai kekuatan istimewa).
3)           Gerak dan kerjanya serba cepat.
4)           Bisa Nyuti Rupa (berubah wujud).
5)           Bisa Nyepih Raga (menduplikasi diri).
6)           Cara kerjanya sangat professional/mengkhusus.
Kekurangan dewa:
1)           Sulit diatur.
2)           Tidak senang dan tidak mau diperintah.
3)           Sangat senang apabila dimohoni.
4)           Hanya mau mengerjakan satu hal saja.
B. Perincian Dewa Ciptaan.
Diantara semua loka dari Sapta Loka yang terdapat dewa ciptaan hanya di Tri Loka/Tri Bhuwana. Mereka memiliki tugas sendiri-sendiri. Jumlahnya adalah 3.339 dewa [Reg Weda III.9.9; Reg Weda X.52.6].
Dari jumlah sebanyak 3.339 dewa, yang cukup penting diantaranya adalah 33 dewa [Reg Weda I.34.11; Rdg Weda I.52.2; Reg Weda I.139.11; Reg Weda III.6.9; Brihad Aranyaka Up. III.9.1; Yaj Weda XIV.31; Atharwa Weda X.7.27; Ath Weda X.7.23; Ath Weda X.7.27; Satapatha Brahmana XIV.5]. ”Penting”, artinya sering dihubungi oleh manusia, karena memegang hal-hal yang banyak berhubungan dengan kebutuhan atau kehidupan manusia.
Diantara 33 dewa, ada 11 dewa yang sangat penting [Reg Weda VIII.57.2; Wisnu Purana 15; Amsa Purana 1]. Dari 11 dewa tersebut, yang lebih penting lagi ada 9 dewa.

-9-
Perincian yang 9 (sembilan) itu disebut “Dewa Asta Dikpalaka” (penanggung jawab 8 penjuru angin + 1 di tengah/poros). Dalam pustaka Jawa Kuna maupun lontar-lontar di Bali disebut “Dewata Nawa Sanga” [Reg Weda X.36.14; Prasna Up. VI.5-6]. Diantara 9 dewa, yang paling penting karena tiap hari dihubungi oleh manusia, khususnya mereka yang tergolong Grihasthin, ada 5 dewa. Ini disebut “Sang Hyang Panca Dewata” [Reg Weda X.36.14].
C. Aksara Jendra, Tugas, Pasuk Wetu, dan Sesaji untuk Sang Hyang Panca Dewata.
Perincian Sang Hyang Panca Dewata beserta segala hal yang berkaitan dengan beliau seperti berikut:
a.      Sang Hyang Sadhyajata:
Ø Aksara Jendra                        Ü : Sang
Ø N a m a                                    Ü : Sang Hyang Sadhyajata/Indra Bhalaka.
Ø Bhuwana Agung                     Ü : Penjaga ufuk timur.
Ø Bhuwana Alit                         Ü : Pepusuhan/jantung.
Ø Tempat Suci Umum               Ü : Penanggung jawab Uttama Mandala.
Ø Tri Kahyangan Desa              Ü : Tidak bertugas.
Ø Rumah Keluarga Hindu        Ü : Penjaga Pekarangan.
Ø Tugas Lain                              Ü : Penanggung jawab bendungan, sawah, pengatur karang angker, dan pelindung segala jenis binatang piaraan.
Ø Pasuk Wetu                             Ü : Ibu jari tangan kiri/Putih mata kanan kiri.
Ø W a h a n a                              Ü : Sang Bhuta Bhucari
Ø Warna Bunga Sesaji              Ü : dominan putihSweta Warna (warna putih).
Ø Warna Nasi Segehan             Ü : Warna Putih.
Ø Sesaji Inti Wetonan               Ü : Ketupat Dampul.
b.      Sang Hyang Bhamadewa:
Ø Aksara Jendra                        Ü : Bang
Ø N a m a                                    Ü : Sang Hyang Bhamadewa.
Ø Bhuwana Agung                     Ü : Penjaga ufuk selatan.
Ø Bhuwana Alit                         Ü : Ati/hati.
Ø Tempat Suci Umum               Ü : Apit Surang/Candi Bentar (Dwaraphala).
Ø Tri Kahyangan Desa              Ü : Tidak bertugas.

-9A-
Denah Pekarangan & Rumah Menurut Pustaka Asta Kosala Kosali.
         U
                              4
                                                                                                                              A  1
 




$3Cbr clear="ALL" />
                                                                                                                     3
        
         S
                                                                           B
                                                                                                                                    5
 

               2

 




                                                                           C


                  Keterangan:
A = Uttama Mandala                 1 = Tugu/Penglurah
B = Madya Mandala                  2 = Lebuh/Angkul-angkul
C = Kanista Mandala                 3 = Pelinggih Halaman
4 = Taksu
5 = Pelangkiran.

-10-
Ø Rumah Keluarga Hindu        Ü : Penjaga Angkul-angkul (Gerbang keluar).
Ø Tugas Lain                              Ü : Penanggung jawab gunung, hutan, marga agung, catus pata, penguasa segala kayu.
Ø Pasuk Wetu                             Ü : Telunjuk tangan kiri/Merah mata kanan kiri.
Ø W a h a n a                              Ü : Sang Durgha Bhucari.
Ø Warna Bunga Sesaji              Ü : Rakta warna (warna merah).
Ø Warna Nasi Segehan             Ü : Warna merah.
Ø Sesaji Inti Wetonan               Ü : Ketupat Galeng.
c.      Sang Hyang Tatpurusha:
Ø Aksara Jendra                        Ü : Tang
Ø N a m a                                    Ü : Sang Hyang Tatpurusha.
Ø Bhuwana Agung                     Ü : Ufuk Barat.
Ø Bhuwana Alit                         Ü : Ungsilan/pancreas.
Ø Tempat Suci Umum               Ü : Penanggung jawab Madya Mandala.
Ø Tri Kahyangan Desa              Ü : Penanggung jawab Pura Puseh.
Ø Rumah Keluarga Hindu        Ü : Penjaga Halaman.
Ø Tugas Lain                              Ü : Penanggung jawab tegal/kebun.
Ø Pasuk Wetu                             Ü : Jari manis kiri/Kuning mata kanan kiri.
Ø W a h a n a                              Ü : Sang Kala Bhucari.
Ø Warna Bunga Sesaji              Ü : Pita warna (warna kuning).
Ø Warna Nasi Segehan             Ü : Warna kuning.
Ø Sesaji Inti Wetonan               Ü : Ketupat Gangsa.
d.      Sang Hyang Aghora:
Ø Aksara Jendra                        Ü : Ang
Ø N a m a                                    Ü : Sang Hyang Aghora.
Ø Bhuwana Agung                     Ü : Penjaga ufuk utara.
Ø Bhuwana Alit                         Ü : Ampru/empedu.
Ø Tempat Suci Umum               Ü : Kanista Mandala.
Ø Tri Kahyangan Desa              Ü : Penanggung jawab Pura Dalem.

-11-
Ø Rumah Keluarga Hindu        Ü : Penjaga Pemerajan/Sanggah.
Ø Tugas Lain                              Ü : Penanggung jawab setra (kuburan), sungai, sumber air, semua jenis mahluk halus, jenis burung, segala jenis seni ngiring (bisa tanpa bela-jar/karena anugrah), para pengobat, balian, para-medis, dokter,  juru terang (pembuat hujan atau panas).
Ø Pasuk Wetu                             Ü : Kelingking tangan kiri/hitam mata kanan kiri.
Ø W a h a n a                              Ü : Sang Bhuta Kresna.
Ø Warna Bunga Sesaji              Ü : Kresna warna (warna hitam).
Ø Warna Segehan                      Ü : Warna hitam
Ø Sesaji Inti Wetonan               Ü : Ketupat Gong.
e.      Sang Hyang Isyana:
Ø Aksara Jendra                        Ü : Ing
Ø N a m a                                    Ü : Sang Hyang Isyana.
Ø Bhuwana Agung                     Ü : Penjaga ufuk tengah.
Ø Bhuwana Alit                         Ü : Hredaya/kembang hati (abstrak).
Ø Tempat Suci Umum               Ü : Balai Agung/Balai Banjar.
Ø Tri Kahyangan Desa              Ü : Penanggung jawab Pura Desa.
Ø Rumah Keluarga Hindu        Ü : Penjaga Rumah.
Ø Tugas Lain                              Ü : Penjaga orang hamil, anak kecil, pembimbing undagi, tukang, sangging, pande.
Ø Pasuk Wetu                             Ü : Jari tengah tangan kiri/Pupil mata kanan kiri.
Ø W a h a n a                              Ü : Sang Kala Wiswa Warna.
Ø Warna Bunga Sesaji              Ü : Wiswa warna (berumbun).
Ø Warna Segehan                      Ü : Warna berumbun.
Ø Sesaji Inti Wetonan               Ü : Ketupat Lepet.

-12-
C. Dewa – Dewa Lain.
Selain Sang Hyang Panca Dewata, masih banyak dewa lain yang dianggap sangat penting oleh manusia karena menangani aspek tertentu yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Beberapa diantaranya:
a.      Sang Hyang Saraswati [Reg Weda I.3.10; Reg Weda I.13.9; Reg Weda I.164.49; Reg Weda II.41.18; Reg Weda V.5.8; Reg Weda V.75.3; Nirukta IX.26].
Tugas Utama          : Pelindung/pembimbing kaum Brahmacari.
                                   Dewa/Dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
                                   Penanggung-jawab salah satu sungai dari Sapta Sindhu (s.Gangga, s. Saraswati, s. Sindhu, s.Wipaça, s.Kauçikinadi, s. Yamuna, s. Sarayu).
                                   Dewa penganugrah kekayaan, kegembiraan, keturunan dan makanan.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Saradā (Dewi penganugrah sari-sari kehidupan)
                                   - Sang Hyang Vagīswarī (Dewi kebijaksanaan/penganugrah kata-kata bijak).
                                   - Sang Hyang Bhārati (Dewi kebudayaan).
                                   - Sang Hyang Brahmī (Dewi tangan kanan/sakti dari Sang Hyang Brahma).
                                   - Sang Hyang Sayumā (Dewi yang sangat cantik).
                                   - Sang Hyang Śubhrā (Dewi yang berbusana putih).
                                   - Sang Hyang Wīrapatnī (Dewi isteri pahlawan; Brahma).
                                   - Sang Hyang Sindhūmātā (Dewi ibu segala air).
                                   - Sang Hyang Pāvākā (Dewi yang menyucikan bhaktanya).
b.      Sang Hyang Anala [Reg Weda II.1.6; Yajur Weda XVI.18.28; Agni Purana].
Tugas Utama          : Penguasa Agni.
                                   Penguasa ufuk tenggara Swah Loka.
                                   Penjaga rumah keluarga Hindu.
                                   Penganugrah tirtha penglukatan.
                                   Saksi agung dan purohita para dewata.
                                   Penganugrah kemakmuran dan kebahagiaan.
                                   Saksi pelaksanaan segala Yadnya/pemujaan.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Agni (Dewa penguasa api)
                                   - Sang Hyang Wahini (Dewa penenerima dan pembakar persembahan).
                                   - Sang Hyang Sapta Jihwa (Dewa yang berlidah tujuh).
                                   - Sang Hyang Witihotra (Dewa pemberi pahala kepada para bhakta).
                                   - Sang Hyang Dhumaketu (Dewa yang bermahkotakan asap).

-13-
                                   - Sang Hyang Chagarāta (Dewa yang wahananya kambing betina).
                                   - Sang Hyang Citrabhānu (Dewa yang memiliki dan memancarkan berbagai warna).
                                   - Sang Hyang Jātaweda (Dewa yang memiliki segalanya).
                                   - Sang Hyang Pāwaka (Dewa yang mensucikan tanpa pandang bulu/penuh keadilan).
c.      Sang Hyang Anila [Reg Weda I.2.1-6; Reg Weda III.57.2; Reg Weda X.168.2; Yajur Weda XXXII.1; Brihad Arnyaka Up. III.9.1]
Tugas Utama          : Penguasa atmosfir/angin/udara.
                                   Penguasa tenaga/prana/bayu/nafas.
                                   Penguasa ufuk barat laut Swah Loka.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Wayu/Bayu (Dewa penguasa angin/tenaga).
                                   - Sang Hyang Marutha (Dewa yang memancarkan udara segar).
                                   - Sang Hyang Gandhawaha (Dewa yang menyebarkan bau).
                                   - Sang Hyang Sparśana (Dewa yang memberi sentuhan lembut).
                                   - Sang Hyang Dandadhara (Dewa yang membawa gada).
d.      Sang Hyang Bharuna/Varuna [Reg Weda I.2.7-9; Reg Weda V.4.1; Satapatha Brahmana II.61; Taitirīya Samhita].
Tugas Utama          : Penguasa laut/lautan/air asin.
                                   Penganugrah tirtha penglukatan khusus (melasti), juga untuk beberapa hal tertentu.
                                   Penanggung jawab segala jenis penghuni lautan.
                                   Penguasa ufuk barat Swah Loka.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Yadapati (Dewa raja segala binatang laut).
                                   - Sang Hyang Ambhūraja (Dewa raja air).
                                   - Sang Hyang Paśi (Dewa yang membawa jaring).
                                   - Sang Hyang Jalapati (Dewa yang menguasai lautan).
                                   - Sang Hyang Pracheta (Dewa yang bijaksana).
e.      Sang Hyang Pratyusa.[Reg Weda I.50.7; Reg Weda I.170.4; Reg Weda I.175.4; Reg Weda V.45.9; Reg Weda VIII.90.12; Reg Weda X.7.3; Atharwa Weda IV.10.5; Nīlarudra Up. I.9; Mahābhārata XII.362.1].
Tugas Utama          : Penguasa surya/matahari.
                                   Upasaksi utama dari upacara yadnya.
                                   Upasaksi terhadap segala karma manusia.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Dinākara (Dewa yang membuat hari).
                                   - Sang Hyang Bhaskara (Dewa yng memancarkan cahaya hangat).
                                   - Sang Hyang Wiwaswat (Dewa memancarkan cahaya).

-14-
                                   - Sang Hyang Mihira (Dewa yang mengisap air di bumi).
                                   - Sang Hyang Karmasāksi (Dewa yang menjadi saksi agung setiap perbuatan manusia).
f.       Sang Hyang Dyaus.[Dalam Reg Weda disebut sekitar 50 kali, Mahābhārata I.99].
Tugas Utama          : Penguasa Ākasa/langit.
                                   Paling berkuasa atas sorga/Bapak sorga.
                                   Dipuja sebagai bapak seluruh alam.
                                   Di Bali dipuja sebagai Bhatāra Luhuring Ākasa.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Meghavesman (tempat tinggal segala mendung).
                                   - Sang Hyang Ambhara (Dewa penyelubung alam semesta).
                                   - Sang Hyang Anangga (Dewa yang tanpa badan).
                                   - Sang Hyang Puskara (Dewa yang menjadi tempat aliran air).
                                   - Sang Hyang Trivistapas (Dewa pengatur tempat Tri Loka).
                                   - Sang Hyang Antariksa (Dewa ruang angkasa).
                                   - Sang Hyang Meghavartaman (Dewa pengatur jalannya mendung).
                                   - Sang Hyang Ananta (Ia yang tiada akhir).
g.      Sang Hyang Dhawa.[Reg Weda VIII.57.2; Bŗhad Aranyaka Up III.9.1; Kalika Purana XXII. 10 - 13].
Tugas Utama          : Penguasa perthiwi/bumi.
                                   Dewi pencipta teknologi pertanian.
                                   Penganugrah kekayaan dan makanan kepada manusia.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Perthiwi (Ia yang bermuka lebar).
                                   - Sang Hyang Dhara (Ibu yang baik).
                                   - Sang Hyang Ksitīdharānī (Ibu pelindung tanah).
h.      Sang Hyang Kuwera/Kubhera [Reg Weda X.36.14; Bhagawata Purana VIII; Amsumābhedāgama; Rūpamandana]
Tugas Utama          : Dewa penguasa/pengatur kekayaan.
                                   Dewa penguasa ufuk utara Swah Loka.
                                   Dewa kemakmuran alam raya.
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Rambut Sedhana (Dewa uang/kekayaan).
i.        Sang Hyang Ganeśa [Reg Weda II.31.1; Brahma Sūtra I.1.4; Ganapati Up. 15; Lingga Purana; Ganeśa Purāna; Padma Purana; Uttara Kanda/Ramayana; Varaha Purana; Matsya Purana; Skanda Purana].
Tugas Utama          : Pelenyap segala wighna/halangan.
                                   Penghilang kekhawatiran.
                                   Dewa penganugrah kesuksesan kerja.

-15-
                                   Dewa pelindung empat macam mahluk hidup (dewa, manusia, bhutakala dan mahluk peralihan).
Abhisekanāma       : - Sang Hyang Ganapati (Dewa pemimpin para gana).
                                   - Sang Hyang Wighnarāja (Dewa/Raja penghilang halangan).
                                   - Sang Hyang Wighneśwara (Dewa/Raja penghilang halangan).
                                   - Sang Hyang Ekadanta (Ia yang bertaring satu).
                                   - Sang Hyang Lambodara (Ia yang berperut gendut).
                                   - Sang Hyang Wakrātunda (Ia yang bertaring bengkok).
                                   - Sang Hyang Raktātunda (Ia yang bertaring merah).
j.        Sang Hyang Durgā/Bhatari Durgā [Reg Weda; Yajur Weda; Mahābhārata/Virāta Parwa VI/Bhīsma Parwa XXIII]
Tugas Utama          : Dewi penganugrah kesidhian/tuah.
                                   Dewi pemberi anugrah khusus sesuai permohonan.
                                   Dewi pelenyap kebodohan.
Abhisekanāma       : - Dewi Pārwatī (Dewi gunung).
                                   - Dewi Umā (Dewi kedamaian malam hari).
                                   - Dewi Gauri (Dewi yang cantik).
                                   - Dewi Durgā (Dewi yang tidak dapat dibantah).
                                   - Dewi Candikā (Dewi yang keras).
                                   - Dewi Haimawatī (Dewi/putri gunung Himawan).
                                   - Dewi Bhairawī (Dewi yang sangat menakutkan).
II.            M a n u s i a.
A.    Pembahasan Umum.
Tubuh Manusia tersusun oleh unsur-unsur yang sama dengan penyusun tubuh dewa, yakni Panca Maha Bhuta, tetapi unsur yang paling dominan adalah apah/air. Semua ilmu yang muncul belakangan sependapat dengan Weda, bahwa tubuh manusia ± 80 % terdiri dari air.
Manusia bukanlah mahluk paling sempurna. Manusia memiliki berbagai kelebihan dan juga kekurangan, jika dibandingkan dengan mahluk ciptaan lainnya.
Kelebihan manusia:
1)           Mahluk cerdas.
2)           Mahluk kreatif.
3)           Mahluk mudah dididik.
4)           Mampu meningkatkan kesucian sampai maksimal (menyatu dengan Brahman/Ida Sang Hyang Widhi Waça).
Kekurangan manusia:
1)           Mahluk sangat rentan (sangat terpengaruh oleh situasi & kondisi sesaat, serta mudah berubah).

-16-
2)           Mahluk lobha (segala yang ada ingin dijadikan milik/bawahannya).
3)           Mahluk egois/ahamkara (tidak pernah mau disalahkan).
4)           Mahluk tidak jujur.
5)           Mahluk tidak setia.
6)           Mahluk dimakan usia.
B.  Perincian Sapta Sarira. [Patanjali Yoga Sutra, Pitri Meda Yadnya].
Tubuh Manusia ada 7 macam sehingga disebut “Sapta Sarira”.
1.  Sthula Sarira:
- Unsur dominant apah (air).
- Sifatnya: maya, kasat mata, lupa, mati.
- Nilai kesuciannya dapat senantiasa ditingkatkan.
- Sebagai sarana utama untuk menambah nilai kesucian.
2.  Maya Sarira:
- Merupakan pasangan dari Sthula Sarira.
- Warna Maya Sarira keunguan.
- Antara Maya Sarira dan Sthula Sarira dihubungkan dengan benang penghubung (Sūtrātman) yang berwarna kuning keemasan.
- Dapat pergi jauh dari Sthula Sarira, tetapi tetap berhubungan melalui Sūtrātman.
- Bila benang Sūtrātman putus, orang tsb. Meninggal.
- Selalu menunggui Sthula Sarira di atas kuburan (apabila tubuh tidak diperabukan atau tidak diadakan upacara pemutusan hubungan).
- Orang bukan Hindu mengatakannya, Hantu Kuburan.
- Jika tubuh telah hancur terurai, maka Maya Sarira ikut lenyap (terurai). Ini yang menjadikan landasan hukum kenapa ajaran Hindu menekankan adanya tindakan memperabukan.
3.  Prana Sarira:
- Merupakan tenaga hidup setiap mahluk, termasuk manusia.
- Wujudnya adalah bhayu/wayu/angin.
- Warna (Udana = biru keunguan, Prana = kuning, Sāmanā = hijau, Wyāna = merah rose, dan Apāna = orange).
- Prana Sarira dibersihkan dan kekuatannya semakin tinggi jika dilakukan Pranayama teratur.
- Jika Prana Sarira kotor, aliran prana ke seluruh tubuh akan terhambat.
- Kotornya Prana Sarira, hubungan antar Sapta Cakra akan buntu.
4.  Manas Sarira:
- Merupakan kedudukan segala keinginan dan nafsu.
- Warnanya selalu berubah sesuai dengan kondisi pikiran: merah padam = marah/emosi/hilang kesabaran, merah jambu = jatuh cinta/tresna, putih pucat = takut/sedih, cerah = tenang/bahagia.

-17-
- Pada orang yang bermoral tinggi, Manas Sarira tampak cerah, terang, lembut dan memancar.
- Pada orang yang bermoral rendah/jahat, Manas Sarira tampak gelap, tebal, kasar dan padat.
- Manas Sarira bersifat magnet terhadap sekeliling, misalnya: pada saat situasi kelilingnya marah, ia akan menarik energi marah; saat sekelilingnya pada situasi positif, akan menarik energi positif.
- Saat terjaga, Manas Sarira bersatu dengan Sthula Sarira; saat tidur ia akan melayang keluar. Begitu terbangun, Manas Sarira akan langsung bersatu dengan Sthula Sarira.
- Para Yogi dan orang suci menggunakan badan ini bersama Maya Sarira untuk menjelajah ke alam lain dengan penuh kesadaran.
5.  Kārana Sarira:
- Sebagai pusat wiweka/logika/akal.
- Merupakan gudang catatan/pita perekam dan perefleksi/pemantul semua karma yang dilakukan.
- Merupakan benih rel perjalanan hidup selanjutnya, baik pada waktu hidup ini maupun pada kehidupan berikutnya.
- Kārana Sarira akan terbentuk baik dengan latihan berpikir logis, runtut dan konsentrasi.
- Kārana Sarira berbentuk oval, membungkus badan phisik.
- Waktu masih kecil, badan ini berbentuk tidak teratur.
- Pada orang bermoral tinggi, badan ini tampak: jelas, berwarna indah, penuh tenaga dan rapat.
6.  Budhi Sarira:
- Merupakan pita/gudang pengenal baik buruk, benar salah, suci cemer, bersih kotor, baik jahat, dan sejenisnya.
- Merupakan pusat nurani, kejujuran dan rasa kebahagiaan.
- Mereka yang bisa memasuki badan ini akan merasakan indahnya kehidupan atau kebahagiaan sejati.
7.  Antah Kārana Sarira:
- Pusat hidup dari seluruh sarira yang ada.
- Sang Diri Sejati yang sangat sulit untuk didefinisikan.
- Sumber segala kebijaksanaan, keluhuran, cinta kasih, dan sejenisnya.
- Tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, tapi dapat dicapai dengan tindakan, yakni pelaksanaan Asta Angga Yoga (Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, Samadhi), sabar dan tiada kenal putus asa dalam menghadapi perjalanan hidup.

-18-
C.  Manusia Setelah Meninggal. [M. Dh. II.192; M. Dh. III.194]
Apabila seseorang meninggal (benang Sutra Atman putus), maka Sthula Sarira akan menjadi benda mati tanpa kesadaran. Maya Sarira keluar dan mengikuti Sthula Sarira sampai Sthula Sarira terurai menjadi unsur-unsur Panca Maha Bhuta. Lima badan lain: Prana Sarira, Manas Sarira, Kārana Sarira, Budhi Sarira dan Antah Kārana Sarira (menjadi satu kesatuan), pergi ke alam lain sesuai dengan karma dan tahapan perjalanan yang telah digariskan.
Tahapan perjalanan dan wujud yang dialami oleh orang yang berada pada tataran kehidupan normal seperti berikut:
1.      P r e t a.
Preta adalah orang yang belum diupacarai Pitri Meda Yadnya (belum diaben). Tempatnya di alam Penantian (Bhuwah Loka). Di Bali sering disebut Sang Petala atau Pitra Dekot.
Sifat-sifat umum Preta dan Pitara:
1)           Sangat hati-hati akan kesuciannya.
2)           Sadar kembali akan kesuciannya.
3)           Sangat ingin dan suka membantu para sentananya.
4)           Ingin selalu memberi petunjuk dan melindungi para sentananya.
Sifat-sifat khusus Preta:
1)           Mendatangi sentananya atas dasar kedekatan ikatan bhatin pada waktu yang bersangkutan masih hidup.
2)           Mudah melakukan Pitrabhawa (menampakkan diri).
3)           Mudah menghubungi keluarga/sentananya, khususnya pada hari-hari suci preta (Wrehaspati Kliwon).
4)           Mereka yang tidak mengerti menganggap keberadaannya merupakan pengganggu/menakutkan.
5)           Tempat menghubungi Preta adalah di tempat tidur dimana yang bersangkutan biasa tidur pada waktu masih hidup.
2.      P i t a r a.
Pitara adalah mereka yang sudah diupacarai Pitri Meda Yadnya (diaben). Tempatnya adalah di alam Swah Loka (Sorga atau Neraka).Apabila seseorang tidak diupacarai oleh keluarganya, maka untuk mencapai alam Swah Loka, ia membutuhkan waktu 1.096 hari pitara = 1.096 bulan manusia.
Sifat-sifat khusus Pitara:
1)           Mendatangi sentananya atas dasar tingkat kesucian masing-masing pribadi sentananya.
2)           Sangat sulit melakukan Pitrabhawa, kecuali ada hal/kejadian yang sangat memaksa.
3)           Tempat menghubunginya di tempat suci keluarga (Pemrajan).

-19-
3.      Preta Kesasar.
Preta mengalami kejadian kesasar/tidak mendapat tempat di Bhuwah Loka apabila yang bersangkutan mengalami Salah Pati (jatuh, tabrakan, dsb) karena pola pikir yang
salah, atau Ulah Pati (bunuh diri) atau pada waktu hidup sengaja menghilangkan nyawa orang lain karena nafsu duniawi. Kejadian ulah pati akan menyebabkan sangat lama tidak mendapat tempat.
Guna mengurangi jangka waktu tidak dapat tempat tsb. diadakan Upacara Pengulapan atau Penebusan.
III.            Bhutakala.
A.    Pembahasan Umum.
Bhutakala adalah mahluk yang tibuhnya tersusun oleh unsur-unsur Panca Maha Bhuta, sama dengan mahluk ciptaan lainnya, tapi unsur yang paling dominan adalah ”Wayu”. Mereka aktif melaksanakan tugas pada malam hari.
Kelebihan Bhutakala:
1)     Mahluk sakti.
2)     Sangat setia kepada tuannya.
3)     Mahluk lugu/apa adanya.
4)     Mahluk tidak termakan usia (nirjara).
5)     Sangat garang terhadap mahluk asing (bukan tuannya).
Kekurangan Bhutakala:
1)     Mahluk bodoh.
2)     Mahluk tidak kenal benar salah.
3)     Mahluk mudah disuruh/disogok.
4)     Mahluk suka menerima dan meminta upah.
B.     Perincian Bhutakala.
a.      Bhutakala Sekala.
Bhutakala Sekala terdiri dari dua jenis mahluk: Mahluk ”Eka Pramana” (hanya memiliki bayu/kemampuan hidup), dan mahluk ”Dwi Pramana” (memiliki bayu/tenaga hidup, dan sabda/kemampuan bersuara). Eka Pramana adalah tumbuhan dan Dwi Pramana adalah hewan.
b.      Bhutakala Niskala.
Bhutakala niskala tubuhnya tersusun dominan oleh unsur ”Wayu”/angin. Mereka aktif melaksanakan tugas pada malam hari. Tugas utamanya adalah sebagai pekerja dan satpam, baik di Bhūr Loka, Bhuwah Loka, maupun Swah Loka.
Perinciannya:
1)           R a k s a s a.
Ciri-cirinya:
·        Bhutakala yang tubuhnya paling besar.
·        Berpenampilan garang dan menakutkan.

-20-
·        Sangat setia kapada tuannya.
·        Sangat bertanggung jawab akan tugasnya.
·        Tugasnya benar-benar dilaksanakan dan dibela sampai ia tidak mampu mempertahankannya.
·        Sangat mudah marah apabila tugas/tanggung-jawabnya diganggu.
Tugasnya:
·        Pekerja di alam neraka.
·        Penjaga batas wilayah/daerah.
·        Penjaga pintu gerbang tempat suci.
·        Kawal depan suatu prosesi, baik suka maupun duka.
·        Penjaga pintu gerbang Swah Loka (Sorga dan Neraka).
·        Penjaga pintu gerbang tempat-tempat umum, seperti: taman, pemandian, balai umum, dsb.
2)           P a i s a c a.
Cirri-cirinya:
·        Raksasa yang tubuhnya paling kecil.
·        Sangat mudah marah apabila wilayahnya dimasuki.
·        Jika wilayahynya dimasuki, ia akan usir dengan jalan menakuti, seperti: hujan mendadak, hujan pasir, angin menderu, pohon bergerak sendiri, suara aneh, dsb.
Tugasnya:
·        Menjaga tempat/wilayah yang menyangkut kepentingan hidup berbagai mahluk, seperti: sumber air, hulu sungai, pohon besar, hutan, dsb.
·        Menjaga tempat/wilayah yang membahayakan mahluk lain, seperti: air terjun, tebing atau lereng terjal, tikungan jalan, dsb.
3)           Y a t u d h a n a.
Ciri-cirinya:
·        Jenis raksasa, tapi tubuhnya lebih kecil.
·        Suka menyertai pasukan dalam peperangan.
·        Mampu menampakkan diri dalam berbagai wujud.
·        Jika wilayahnya dimasuki, ia akan mengusir dengan menakut-nakuti dengan jalan menampakkan diri.
Tugasnya:
·        Menjaga tempat-tempat penting yang telah ditinggalkan, mis: bekas tempat suci, bekas pertapaan, rumah kosong, dsb.
·        Mengambil bagian milik/hasil kerja manusia yang sebenarnya harus dipuniakan.

-21-
·        Menyimpan/melindungi barang berharga yang tercecer atau ditinggalkan pemiliknya, seperti: emas, perak, intan, dsb.
·        Membawakan hasil/kekayaan kepada orang yang pada kehidupan terdahulu suka melakukan punia.
4)           Bhutakala Wahana.
Ciri-cirinya:
Wujudnya bermacam-macam, seperti: garuda, nāga, mayūra (merak), kūrma (empas/penyu), hamsa (angsa), harimau, tikus, lembu, asu gaplo (anjing berkepala raksasa), wilmana (burung berkepala manusia), gajah mina (ikan berkepala gajah), dsb.
Tugasnya:
Sebagai wahana/kendaraan/pengiring dari dewa ciptaan maupun dewa prabhawa.

IV.            Mahluk Peralihan.
A.          Pembahasan Umum.
Mahluk Peralihan adalah mahluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Waça yang menunjukkan ciri-ciri unik. Tubuh mahluk ini dominan disusun oleh unsur wayu”/angin, tetapi sifat mahluk ini seperti dewa.
Di Swah Loka mereka bertugas mirip dengan Buthakala Wahana, tetapi di Bhūr Loka mereka memiliki tugas yang mirip dengan tugas para dewa. Kerja mahluk ini aktif pada siang maupun malam hari.
Ciri umum mahluk peralihan:
1)           Wujudnya cantik dan ganteng, tapi memiliki tanda aneh, mis: bersayap, berbadan binatang, memiliki taring, dsb.
$0D
2)           Cara kerjanya campuran antara dewa dan bhutakala.
3)           Sering menjadi penghubung antara dunia manusia dengan dunia lain.
B.           Perincian Mahluk Peralihan.
1.            Gandharwa (Wiśwāsu/Wayukesa). [Reg Weda X.86.36; Reg Weda X.139.5; Reg Weda III.38.6; Reg Weda IX.85.4; M. Dh. I.37].
Cirinya:
·        Wujudnya ganteng tetapi bertaring.
·        Tinggalnya di angkasa atau di air Swah Loka/Sorga.
Tugasnya:
·        Pemusik dan penyanyi di Swah Loka/Kahyangan.
·        Penjaga soma di Swah Loka/Sorga.
·        Sebagai petugas kesehatan di Swah Loka/Kahyangan.
·        Pembimbing para penari dan pemusik di Bhūr Loka.

-22-
2.            Apsara (Widyādharā/Widyādharī/Dewastri).[Itihasa, Garuda Purana].
Cirinya:
·        Berjalan antara mendung dan hujan.
·        Wanita Sorga, sekali-kali mengunjungi bumi.
·        Sangat senang dengan air, air terjun, sungai, atau danau.
·        Dapat berubah wujud sesuai keinginannya.
Tugasnya:
·        Sebagai penari di Swah Loka.
·        Sebagai pemintal dan penenun di Swah Loka.
·        Sebagai penggoda manusia yang melakukan tapa.
·        Sebagai perencana dan penata busana di Swah Loka.
·        Sebagai pembimbing perencang busana, penghias dan penari di dunia.
3.            Kinnara/Kinnari.[Agni Purana XV; Skanda Purana].
Cirinya:
·        Berbadan kuda berkepala manusia.
·        Berbadan burung berkapala manusia.
Tugasnya:
·        Sebagai penari dan pemusik di Kahyangan/Swah Loka.
·        Penjaga pintu masuk utama tempat suci atau Kahyangan.



--oo0oo—


Belajar dan menyiarkan ajaran suci Weda
Dia yang mengetahui hal ini mencapai pikiran terpusat
Dia tidak menjadi budak nafsunya
Keinginannya akan menjadi kenyataan dan ia hidup menikmati kebahagiaan
Sesungguhnya dia menjadi penyembuh dirinya sendiri
Dirinya terkendali, penuh bhakti, pikirannya bijaksana
Dia mencapai kemashyuran dan berbuat baik di dunia ini.

(Śatapatha Brāhmana XI.5.71)

3 komentar:

  1. Top 10 Casinos in Las Vegas, Nevada - MapyRO
    10 Best Casinos in Las Vegas · Bellagio · 태백 출장안마 Golden Nugget · Casimba Resort & Casino 삼척 출장마사지 · 광주광역 출장안마 Planet Hollywood · Planet Hollywood · Casino 당진 출장안마 Queen · The Venetian Resort 인천광역 출장샵

    BalasHapus
  2. Best gambling apps vs casino sites vs sportsbook for 2021 - KRFA
    While some websites will give you better picks than others, others will slow the withdrawal process 바카라사이트 process, letting you bet on games that you like better, 우리카지노가입

    BalasHapus